Rabu, 27 Februari 2008
Buku Keperawatan Baru
Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Pengarang Ns. Asmadi, S.Kep
Harga Buku Rp. 32.900
Penerbit Salemba
Jika anda berminat bisa kirim pesan
Selasa, 26 Februari 2008
Judul Buku: Evidence Base of Clinical Diagnosis
http://hideref.com/url/?http://rapidshare.de/files/18612212/Evidence_Base_of_Clinical_Diagnosis.pdf.html
Kamis, 21 Februari 2008
Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik didefinisikan oleh Kidney Diseases Outcome Quality Initiative (KDOQI) sebagai kerusakan ginjal pada waktu 3 bulan atau lebih memiliki Glomerolus Filtration Rate (GFR) kurang dari 60mL/min per 1.73m2.
Kerusakan Ginjal terminal (End Stage Renal Disease (ESRD)) digambarkan sebagai tahapan dari gagal ginjal kronis dimana terdapat kerusakan ginjal secara permanen dan ginjal tidak dapat berfungsi untuk mempertahankan kehidupan, sebagai konsekuensinya pasien membutuhkan dyalisis atau tranflantasi. (Critical Care Nurse, 2006)
Ginjal secara teratur mempertahankan berbagai macam fungsi tubuh dan mengontrol proses komplek untuk mempertahankan homeostasis. Ginjal menerima kurang lebih 20% sampai dengan 25% kardiak output per menit. Drah difiltrasi melalui nephron yang merupakan unit fungsional ginjal. Setiap ginjal memiliki kurang lebih 1 juta nephraon, jumlah ini mampu mempertahankan keadaan tubuh (homeostasis). Kerusakan ginjal mencapai 90% menyebabkan ginjal mengalami penurunan fungsi secara signifikan sehingga menyebabkan gagal ginjal terminal.
Cara terbaik melihat fungsi ginjal yaitu dengan melihat GFR. Terdapat beberapa persamaan yang dapat dipergunakan tetapi The National Kidney Disease Education Program of The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, The National Kidney Foundation, dan American Society of Nrphrology merekomendasikan fermula atau rumus sebagai berikut:
GFR = 186 x (serum creatinine [mg/dL] - 1.15 x (usia [tahun]) -0.203 x 0.742 (jika wanita) x 1.210 (jika Africa-Amerika)
Atau Persamaan Kockcroft-Gault
GFR = {[(140 – usia) x berat badan]/[72 x kreatinin plasma (mg/dl)]} x 0,85 (jika perempuan)
Perubahan pengaturan cairan tubuh
Volume cairan berubah ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk mengeluarkan cairan karena kerusakan pada nephron dan penurunan GFR. Faktor lain yang turut berkontribusi dalam berlebihnya cairan tubuh adalah protein uria dan peningkatan renin. Protein uria terjadi karena respon dari kerusakan dari glomerolus. Tekanan darah tinggi dapat disebabkan karena perubahan sclerotik dalam glomerolus karena hilangnya protein terutama albumin dalam urine. Kerusakan ginjal yang menyebabkan hipertensi disebut sebagai hypertensi nephrosclerosis dan mungkin kerusakan tidak hanya pada gromerolus tetapi juga pada dinding arteriola.
Kehilangan albumin menyebabkan perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang isterstisial karena adanya penurunan tekanan onkotik. Sebagai respon penurunan GFR, aldosteron dikeluarkan dari kortek adrenal yang menyebabkan reabsorpsi cairan dan sodium. Retensi cairan dapat berkembang menjadi kelainan pernapasan dan kardiovaskuler.
Keseimbangan Asam Basa
Asidoseis metabolik berhubungan dengan gagal ginjal kronis karena tubula tidak dapat mengeluarkan ion hydrogen, yang dihasilkan karena penggunaan bikarbonat untuk mepertahankan keseimbangan asam basa.
Keseimbangan Elektrolit
Elektrolit sangat berubah pada pasien dengan gagal ginjal kronis, potasium biasanya normal sampai dengan gagal ginjal terminal, peningkatan potasium pada gagal ginjal kronik karena ketidak mampuan ginjal mengeluarkan potasium karena penurunan GFR. Saat terjadi asidosis terjadi perpindahan potasium dari intraseluler ke ekstraseluler. Peningkatan kadar potasium dapat meningkatkan resiko dysrhythmias.
Phospor dan kalsium juga berubah, peninggian serum phosphour menyebabkan penurunan serum kalsium. Kalsium ditemukan dalam 3 bentuk yaitu: bergabung dengan protein, bergabung dengan substansi komplek lain dan ion bebas. Karena kalsium berikatan dengan protein maka penurunan albumin dapat menyebabkan penuruan serum kalsium.
Gagal Ginjal Kronis juga berefek pada syntesis vitamin D. Ginjal normalnya dapat mengubah vitamin D tidak aktif kedalam bentuk aktif: 1,25-dihydroxycholecalciferol. Kegagalan sintesis vitamin D menyebabkan penurunan absorpsi kalsium di saluran pencernaan. Jika serum kalsium dalam darah menurun kelenjar parathyroid meningkatkan pengeluaran hormon sehingga menyebabkan pengeluaran kalsium dari tulang untuk mengkompensasi kekurangan kalsium darah.
Perubahan fungsi ekresi
Pada gagal ginjal kronik sampah nitrogen hasil dari mertabolisme protein tertahan dalam tubuh, menyebabkan azotemia, yang dibuksikan dengan peningkatan kadar serum urea nitrogen dan kreatinine. Proteinuria dan hematuria disebabkan karena glumeroluephritis dan diesabakan karena kerusakan gromerolus. Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin yang difiltrasi di glomerolus dan disekresi di tubulus distal. Kegagalan dalam pengeluaran asam urat dapat menyebabkan berkembangnya gout arhritis.
Perubahan dalam fungsi metabolik atau endokrin
Anemia disebabkan oleh berbagai macam faktor pad apasien dengan GGK. Kapiler peritubular endothelium ginjal menghasilkan erythopoietin yang diperlukan untuk menstimulasi sumsum tulang untuk mengeluarkan sel darah merah. Sementara uremia membuat aktivitas pembuatan eritopoietin tertekan, kegagalan pada mekanisme ini menyebabkan terjadinya anemia normochromik normositik. Uremia juga menyebabkan waktu hidup sel darah merah menjadi pendek. Selain itu rendahnya hemoglobin menyebabkan keadaan asidosis karena kurangnya penyangga asam. Selain itu uremia menyebabkan juga penuruanan platelet yang meningkatkan resiko perdarahan. Renin dikeluarkan sebagai respon terhadap tekanan intravaskular atau stimulasi sympatis. Stimulasi ini menyebabkan retansi cairan dan meningkatnya tekanan darah.
Judul ebook
Daftar Ebook kesehatan yang dapat di pesan
- EKG Note
- Harison Manual of Medicine
- Suara Jantung
- Medical Immunology Sixth Edition
- Color atlas of Forensic Pathologi
- Respirasi Anatomy
- Biologi Molekuler
- Pulmonary Medicine
- Urology, 4th Edition Macfarlane, Michael T.
- Textbook of Clincal Neurology
- Evidence-based Dermatology
- Immunodominance The Choice of the Immune System
- Radiology
- Kidney Atlas
- Urology Disease
- Surgical Care At The Distric Hospital
- The Human Heart
- The Textbook of Medical Physiology Guyton
- Pre Test Physiology
- Basic & Clinical Pharmacology
- Surgical Wound Healing Granic
- Color atlas Physiology
- Clinical Anatomy
- Cardiac Pacing
- Manual Gastroentrology
- Complication Regional Anesthesis
- Internal Medicine Harison
- Williams Obstetrics
Masih Banyak lagi yang lainnya
ebook Keperawatan dan Kedokteran
Teman teman mahasiswa, di saya banya elektronik book tentang kedokteran dan keperawatan. bagi yang berminat silahkan mengirimkan data ke email saya. Oh ya... ebook tersebut sudah dalam bentuk CD, harga masing-masing CD Rp. 30.000, 00 (tiga puluh ribu rupiah). sudah termasuk ongkos kirim untuk pulau jawa.
Wassalamualaikum wr. wb.
Rosella sebagai thesis
1. Profesor Dra. Elly Nurachmah. DNSc. (Dekan FIK UI)
2. Drs. Sutanto PH. MKes. (Dosen FKM UI)
mereka orang hebat, mempunyai motivasi yang tinggi, dan ilmuwan. Saya sangat beruntung dapat pembimbing seperti mereka.
Hipertensi dan Rosella
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, Bure, 2002).
Klasifikasi hipertensi
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu
1) Hipertensi primer (esensial)
Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
2) Hipertensi sekunder
Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Wibowo, 1999).
Berdasarkan bentuk hipertensi, yaitu
1) Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
Peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
2) Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)
Peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
3) Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.
(Ismudiati, 2003)
Etiologi hipertensi
Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, valume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002).
6. Tanda dan gejala hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, Bore, 2002).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).
Faktor-faktor resiko hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
a. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Tambayong, 2000).
b. Jenis kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000)
c. Obesitas
Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan sub kutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati) yang menyebabkan jaringan lemak in aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, oleh sebab itu pada waktunya lebih cepat gerah dan capai. Akibat dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus (Notoatmodjo: 2003).
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang menunjukkan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi dimasa yang akan datang. Tekanan darah kerabat dewasa tingkat pertama (orang tua saudara kandung) yang dikoreksi terhadap umur dan jenis kelamin tampak ada pada semua tingkat tekanan darah (Padmawinata, 2001).
e. Merokok
Departemen of Healt and Human Services, USA (1989) menyatakan bahwa setiap batang rokok terdapat kurang lebih 4000 unsur kimia, diantaranya tar, nikotin, gas CO, N2, amonia dan asetaldehida serta unsur-unsur karsinogen. Nikotin, penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan tekanan kontraksi otot jantung. Selain itu, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat menyababkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya (Wijayakusuma, 2003).
f. Olah raga
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olah raga isotonik dengan teratur akan menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi kurang melakukan olah raga akan menaikan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Tjokronegoro, 2001).
g. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Novarlis Indonesia, 2007).
8. Pengobatan hipertensi
Aspek yang patut mendapat perhatian, yang juga merupakan tujuan dalam pengobatan darah tinggi masa kini ialah sebagai berikut :
a. Menurunkan tekanan darah ketingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun.
b. Mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah.
c. Mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis)
d. Menghindarkan faktor resiko
e. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi
f. Pengobatan penyakit penyerta yang dapat memperberat kerusakan organ.
g. Memulihkan kerusakan target organ dengan obat anti hipertensi masa kini.
h. Memperkecil efek samping pengobatan.
(Wijayakusumah, 2003)
Rosella
Teh rosella dikenal dengan nama beragam yaitu Teh Rosella, Hibiscus tea, Teh Mekkah, Teh Yaman. Disebut juga Karkade (Arab), Kezeru (Jepang), Merambos Hijau (Jateng), Asam kesur (Meranjat), Kesew Jawe (Pagar Alam), Asam Jarot (Sp. Padang), Asam Rejang (Muara Enim) dan Hisbiscus Sabdariffa L. (Latin).Teh Rosella berasal dari bunga Rosella yang kaya akan vitamin A, Niacin dan Kalsium. Teh Rosella merupakan minuman elektrolit alami untuk menggantikan minieral yang hilang ketika kita beraktifitas.
Tiap 100 gr mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. Kandungan vitamin C 3 kali lipat anggur hitam, 9 kali lipat jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah belimbing dan 2,5 kali lipat dibanding vitamin C dalam jambu biji (kelutuk). Selain itu Teh Rosella mengandung kalsium tinggi ( 486 mg / 100 gr) , Magnesium serta Omega 3. Teh Rosella juga diperkaya Vitamin A, Iron, Potasium, Beta Caroteen & Asam Esensial.
Rosella mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengurangi kolesteron yang ada dalam darah dan mencegah oksidari dari low-density lipoproteins (LDL). Hal ini dapat menekan lemak dalam darah temasuk trigliserid adan kolesterol total. Rosella berpotensi untuk di gunakan sebagai pencega atherosclerosis karena berefek sebagai anti hyperlipidemia dan anti oksidasi LDL. Dengan demikian rosella dapat mencega terjadinya penyakit kardiovaskuler yang penyebabnya adalam peningakat dari kolesterol.
Bunga Rosella memiliki kemampuan untuk meningkatkan buang air kecil (BAK), karena mengandung asam askorbat dan asam glycolic. Bunga Rosella mengandung asam sitrat sehingga memiliki efek meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit. Selain itu bunga Rosella berisi nutrisi yang sangat penting diataranya riboflavin, niacin, carotene, calcium dan besi Dari penelitian penggunaan Rosella dapat menurunkan level ammonia, urea, asam urat, kreatinine dan nitrogen non-protein dalam darah. Rosella digunakan dalam kedokteran, biasanya sebagai laxative dan mampu meningkatkan kemampuan untuk urinaria. Roselle berisi asam sitrat yang dipergunakan sebagai minuman pendingin, yang dapat meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit dan dilatasi pori-pori kulit. Bunga dipergunakan sebagai tonik saluran cerna dan perningkat fungsi ginjal..
Di Thailand, roselle di minum sebagai teh yang dipercaya dapat mengurangi kolesterol, sementara masyarakat Amerika menggunakan rosella sebagai teh yang sangat tinggi mengandung vitamin C, minuman ini biasanya baik untuk orang yang menderita retesni cairan sementara dan berfungsi sebagai diuretik sedang.
Beberapa manfaat rosella yaitu:
memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi,meningkatkan kinerja usus & berfungsi sebagai tonik (obat kuat).
sebagai diuretic, penurun suhu dan pereda rasa nyeri.
mempunyai efek anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi bakteri sertamembantu proses pencernaan dan mencegah kekurangan vitamin C.
dapat mengurangi ketergantungan pada alkohol, mencegah peradanganpada saluran kencing dan pembentukan batu ginjal, serta memperlambatpertumbuhan jamur/bakteri yang menyebabkan demam tinggi.
sebagai antibiotik pembunuh kuman penyebab penyakit serta penyaringracun dalam tubuh.
kandungan kalsium tinggi dapat mengurangi resiko osteoporosis danmembantu pertumbuhan tulang.
ATURAN MINUM :
1/4 sendok makan rosella diseduh dengan 1 gelas air mendidih. Atau 10 gram dengan 1 Liter air mendidih. Jika diminum 2 - 3 gelas 3 kali sehari secara teratur, berhasiat membantu menanggulangi berbagai penyakit